beberapa hari belakangan saya tidak sengaja melewati pintu masuk UGM yang berada di bundaran. kebetulan kontrakan saya yang sekarang tidak membuat saya melewati portal itu terlalu sering. ada satu hal yang berbeda ketika saya melewatinya beberapa hari yang lalu, yaitu adanya semacam pos karcis bagi kendaraan yang hendak keluar dan memasuki UGM.
ternyata perkiraan tersebut benar, hari ini saya baca Kompas edisi jogja, dan ada berita mengenai rencana penarikan biaya parkir bagi semua orang yang akan masuk (dan keluar) UGM. alasannya, karena selama ini sering terjadi tindak pencurian di lingkungan UGM.
namun, apakah ini kebijakan yang tepat? kalo dikatakan benar, mungkin iya, tapi menurut saya tidak tepat.
kenapa tidak tepat?
menurut berita yang saya baca, penarikan tersebut akan diberikan kepada semua pihak, baik civitas akademika maupun masyarakat umum. ini hal utama yang menurut saya tidak baik. artinya, jika UGM akan menarik iuran bagi masyarakat umum mungkin saya setuju. tapi tidak untuk civitas akademika.
bayangkan ada berapa orang staff yang setiap harinya bekerja di lingkungan UGM, dan bayangkan pula berapa orang mahasiswa yang setiap hari harus berkuliah di kampus tercinta ini.
memang kampus UGM terletak di tengah-tengah masyarakat, dan memiliki lokasi yang sangat strategis, sehingga potensi yang dapat dihasilkan dari penarikan iuran ini akan sangat besar. Namun, saya pikir jangan sampailah kampus UGM, yang (dulu) dikenal sebagai kampus rakyat malah sekarang benar-benar mencari uang di setiap celah yang ada.
hal kedua yang tidak tepat, menurut saya adalah, jika alasan utama yang digunakan adalah untuk mengantisipasi atau meminimalisir tindakan-tindakan kriminal yang terjadi, maka tiket berbayar kepada semua yang memasukin kampus UGM bukanlah hal yang terbaik. masih ada solusi-solusi lain.
solusi termudah, asuransi. produk keuangan yang sudah ada sedari dulu, dan dinikmati di hampir semua bagian dunia ini. dimana sudah sangat banyak masyarakat yang sudah "melek" terhadap instrumen ini.
UGM punya posisi strategis yang dapat mendekati lembaga asuransi manapun untuk memberikan penawaran yang saling menguntungkan antara UGM dan lembaga asuransi tersebut. darimana biaya premi untuk asuransi tersebut didapatkan? jika memang kampus UGM benar-benar tidak punya uang untuk membayar premi tersebut, toh masih bisa dengan kerjasama-kerjasama. misalnya, UGM memberikan benefit penelitian, konsultasi, ato membantu proses pemasaran lembaga tersebut. sedikit tidak biasa memang, tapi bukan berarti tidak mungkin.
solusi kedua, menggunakan kamera. toh tujuan yang ingin dicapai, adalah terjaminnya keamanan kan? dalam bayangan saya, ketika menggunakan portal dan menggunakan tiket, maka setiap kendaraan yang masuk dan keluar akan dicatat no polisi-nya. oleh karena itu, ketika terjadi, katakanlah pencurian, UGM dapat memperkirakan kendaraan dengan nopol mana yang diperkirakan melakukan pencurian tersebut, iya kan? kalo memang begitu, kenapa tidak menggunakan kamera saja?
sepengetahuan saya, di beberapa kota besar di dunia sudah memperlakukan metode semacam ini. misalkan kita mengendarai kendaraan melewati kecepatan yang diperbolehkan oleh peraturan, maka kamera yang merekam jalan tersebut dapat mencetak gambar kendaraan yang melaju kencang tersebut, sehingga polisi dapat mengetahui nopol kendaraan tersebut.
menurut saya itu lebih efisien ketimbang menggunakan portal yang berbayar. tapi, jelas, dibutuhkan kamera yang sangat baik kualitasnya, dimana harganya juga mungkin mahal. (mungkin lebih mahal daripada memberikan hak kepada pihak swasta untuk mengadakan parkir berbayar di lingkungan UGM, karena jika parkir berbayar maka akan menghasilkan pendapatan)
jika memang cost penggunaan kamera dirasakan masih sangat tinggi ketimbang benefit yang dihasilkan, maka solusi ketiga saya adalah menggunakan portal parkir seperti di mall-mall itu. namun, kembali pada usulan yang diberikan oleh mantan rektor UGM, sofian efendi, agar civitas akademika dibebaskan dari iuran tersebut.
Namun, tampaknya usulan saya cuma sebatas usulan. lha wong portalnya sudah ada di dekat bunderan UGM. tinggal menunggu waktu saja, kapan akan diberlakukan. isu berikutnya adalah, apakah civitas akademika UGM akan dikenai biaya untuk itu?
jika iya, semoga ketika kita (secara terpaksa) dikenai biaya parkir, tidak ada tulisan di karcis parkir yang berbunyi "KAMI TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA KERUSAKAN DAN KEHILANGAN YANG TERJADI".
ditambah lagi, jika itu benar-benar terjadi, maka saya sangat mempertanyakan apakah tidak ada hal lain yang dapat diurusi oleh manajemen UGM sekarang, daripada mengurusi masalah lalu lintas.
menurut saya, yang terlihat selama ini cuma lalu lintas saja yang diurusi. masalah jalan-jalan di lingkungan UGM yang dibatasi, di jadikan 1 atau 2 arah, di tutup pagarnya, dll.
satu lagi, semoga uang bukan motif utama diberlakukan kebijakan ini.